Senin, 18 November 2013

Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia Pada kesempatan Kali ini Kata Ilmu akan share artikel mengenai Kerajaan Kerajaan yang bercorak Hindu Buddha di Nusantara. Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien. Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Kutai (abad ke-4) Agraris/Hindu
Raja pertama: Kudungga dan yang jaya: Mulawarman, terletak di Muarakaman tepi sungai Mahakam Kaltim. Sumber kerajaan adalah 7 buah yupa: Tugu batu .
Tarumanegara (abad ke-5) Agraris/Hindu
Terletak di Jawa Barat, raja yang terkenal Purnawarman. Sumbernya yakni berita cina zaman dinasti Tang dan 6 Yupa (prasasti Kebon Kopi, Ciaruteum, Pasir jambu, Pasir Awi dan Muara Cianten, Tugu, Cidanghiang/Lebak).
Kanjuruhan (Abad ke-6) Agraris/Hindu
Kerajaan Kanjuruhan adalah kerajaan yang terletak di Malang jawa Timur, kerajaan kanjuruhan sesaman dengan kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Kerajaan Kanjuruhan bercorak Hindu. Rajanya yang terkenal adalah Gajayana yang terkenal adil dan bijaksana yang membuat rakyat Kanjuruhan hidup makmur dan tenteram. Peninggalan kerajaan kanjuruhan antara Lain Candi Badut dan candi Wurung. Sumber kerajaan ini adalah Prasasti Dinoyo.
Holing (Abad ke-6) Agraris / Hindu
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.
Melayu (Abad ke 6-7) Buddha
Sumber sejarahnya: Kronik I-Tsing. Merupakan kerajaan yang terletak di Sumatera (Jambi).
Holing/Keling (abad ke-6) Agraris/Buddha
Sumber sejarahnya: Catatan I-Tsing. Terdapat di Jawa Tengah. Raja terkenal Ratu Shima yang sangat terkenal adil dan menjunjung tinggi supremasi hokum tampa pandang bulu.
Mataram Kuno (abad ke-8 – 10) agraris/Hindu
Sumber sejarahnya: Prasasti Canggal, Belitung, dan Kitab Parahyangan. Pendiri raja Sanna, yang jaya: Raja Sanjaya. Akhir pemerintahan Sanjaya, dinasti ini menyingkir ke wilayah selatan karena dikudeta oleh Dinasti Syailendra.
Dinasti Syailendra (abad ke-8-9) Buddha
Sumber sejarahnya: Prasasti Kalasan, Kelurak, Ratu Boko dan nalanda. Pada masa ini candi Borobudur dan Kalasan dibangun. Dinasti syailendra kemudian dipersatukan kembali dengan dinasti Sanjaya dengan perkawinan Pramordhawardhani dengan Rakai Pikatan. Mpu Sindok sebagai raja kemudian memindahkan Mataram ke Wilayah Jatim (Medang Kamulan) karena desakan Dari pasukan Sriwijaya dan akibat terjadinya bencana alam(Gunung Merapi meletus).
Medang Kamulan (abad ke 10-11) Hindu
Sumber sejarahnya: berita India dan kronik Dinasti Sung; prasati Mpu sindok di Jombang, Bangil, Lor nganjuk dan Calcutta. Raja pertamanya adalah Mpu Sindok dari dinasti Sanjaya. Raja yang terkenal adalah Airlangga
Kediri (abad ke 11 – 13) Hindu
Sumber sejarahnya: Prasasti Sirah Keting, Tulungagung/Kertosono, Ngantang, Jaring, Kamulan; Kronik Chu-Fan-Chi karya Chu-Ju Kuan dan Kronik Ling-Wai-Tai-Ta karya Chu-Ik-Fei. Pada akhir pemerintahan Airlangga,untuk menghindari terjadinya perebutan kekuasaan, maka Medang Kamulan dibagi 2, yakni: Kediri/Panjalu yang beribukota di Daha dengan rajanya Jayawarsa dan Jenggala dengan ibukota Kahuripan dengan rajanya jayengraha.
Kediri tampil sebagai kerajaan terkemuka. Dan raja yang terkenal adalah Jayabaya yang berhasil mempersatukan kembali antara Kediri dan Jenggala. Pada masa ini timbul tokoh sastrawan Mpu Sedah dan mpu Panuluh yang menulis kitab Bharatayudha (kisah Kediri). Raja terakhir adalah Kertanegara. Kertanegara dikalahkan oleh Ken Arok dari kadipaten Tumapel dalam pertempuran Ganter (1222).
Singasari (abad ke-13) Maritim/Hindu
Sumber sejarahnya: Kitab Pararaton, Kitab Nagarakertagama; prasasti-prasasti dan berita Cina. Ken Arok kemudian membangun kerajaan yang bernama Singasari. Ken Arok adalah seorang penjahat kambuhan yang kemudian berguru ke Mpu Gandring. Dia kemudian membunuh akuwu tumapel (Tunggul Ametung). Ken Arok kemudian menikahi Ken Dedes istri Tunggul Ametung dan melahirkan anak: Mahesa Wong Teleng. Sedangkan anak ken dedes dengan Tunggul Ametung adalah Anusapati. Ken arok punya Istri lainnya bernama ken Umang yang melahirkan Tohjaya.
Tragedi perubahan singasari terjadi Silih Berganti. Ken Arok dibunuh oleh Anusapai, Anusapati dibunuh oleh Tohjaya, Tohjaya dibunuh oleh Ranggawuni (Wisnuwardhana) dan Mahesa Campaka. Ranggawuni adalah satu-satunya raja Singasari tidak terbunuh, dia kemudian digantikan oleh anaknya Kertanegara. Kertanegara adalah raja terkemuka dan terakhir. Dia mengadakan ekspedisi Pamalayu(1275 dan 1286) dan berhasil menguasai Melayu dan melemahkan Sriwijaya. Serta berhasil menguasai Bali (1284). Menguasai Jabar  (1289), menguasai Pahang dan Kalimantan
 Kertanegara kemudian dibunuh oleh Jayakatwan dari Kediri. Pasukan Mongol bermaksud menyerang singasari, namu singasari sudah digantikan oleh Kediri. Pasukan Mongol kemudian diperdaya oleh Raden Wijaya, menantu kertanegara untuk menyerang jayakatwan, setelah Kediri dikalahkan, Raden Wijaya Kemudian memperdaya pasukan Mongol kemdian pasukan Mongol Pun melarikan diri ke negerinya. Raden Wijaya kemudian membangun Majapahit.
Majapahit (abad ke 13 – 16) Maritim/Hindu
Sumber sejarahnya: Prasasti Butak, Kidung Harsawijaya dan Panji Wijayakrama; Kitab Pararaton dan Kitab nagarakertagama. Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya setelah dia berhasil mengalahkan Jayakatwan dari Kediri dengan menggunakan Prajurit Mongol. Raja-rajanya:Raden Wijaya, Jayanegara, Tribhuwana Tunggadewi, Hayam Wuruk, Wikramawhardana, Suhita, Brawjaya, dll.
Faktor kemunduran Majapahit: Tidak adanya kaderisasi/ pengganti Hayam Wuruk dan Gajah Mada; Perang Paregreg (perang saudara antara Wikramawhardana dengan Bhre Wirabumi); Masuk dan berkembangnya Islam di Jawa; Daerah-daerah kekuasaan satu persatu melepaskan diri
Runtuhnya Majapahit karena: Tahun 1478: serangan Girindrawardana/ Kediri, peristiwa ini diberi Candrasangkala Sirna Ilang Kertaning Bhumi yang berarti 1400 Saka (1478 Masehi).
Bali (abad ke 10 – 14) Hindu
Sumber sejarahnya: Prasasti Sanur dan Calcutta. Pendiri Dharma Udayana Warmadewa keturunan dari Mpu Sindok. Bali jaya pada masa anak Wungsu.
Pajajaran (abad ke 10 – 14)Hindu
Sumber sejarahnya: Prasati Rakryan Juru Panghambat, Horen, Citasih, Astanagede; kitab Carita kidung sundayana, Kitab carita Parahyangan. Terletak di Jabar , rajanya yang terkenal Maharaja Jayabhupati. Direbut oleh Banten pada tahun 1579.
Sriwijaya (abad ke 7 – 14) Maritim/Buddha
Sumber Sejarahnya antara lain dalam Negeri: Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, Telaga Batu, Kota Kapur, Karang Berahi, Palas Pasemah, Amoghapasa; Kitab Pararaton. Luar Negeri: Prasasti Ligor, Nalanda, Piagam laiden, Tanjore, Canton, Grahi, Chaiya; Catatan I-Tsing, Kronik Dinasti Tang, sung, Min; Kitab Ling-wai-Tai-Ta karya Chou-Ku-Fei dan Kitab Chu-Fon-Chi karya Chaou-Fu Huan. Terletak di Sumatera, raja terkenal Balaputera dewa dari Dinasti Syailendra. Dikalahkan oleh Kerajaan Cholamandala dan Ekspedisi Pamalayu kemudian dihancurkan oleh Majapahit tahun 1377.[ki]

Senin, 04 November 2013

Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

       [Di dalam kitab beliau Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah- membawakan tiga buah hadits yang berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu puasa hari Asyura / Asyuro (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram)]
Hadits yang Pertama
عن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم صام يوم عاشوراء وأمر بصيامه. مُتَّفّقٌ عَلَيهِ
        Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya”. (Muttafaqun ‘Alaihi).
Hadits yang Kedua
عن أبي قتادة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم سئل عن صيام يوم عاشوراء فقال: ((يكفر السنة الماضية)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
        Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu”. (HR. Muslim)
Hadits yang Ketiga
وعن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: ((لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
        Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR. Muslim)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa pada hari ‘Asyura, beliau menjawab, ‘Menghapuskan dosa setahun yang lalu’, ini pahalanya lebih sedikit daripada puasa Arafah (yakni menghapuskan dosa setahun sebelum serta sesudahnya –pent). Bersamaan dengan hal tersebut, selayaknya seorang berpuasa ‘Asyura (10 Muharram) disertai dengan (sebelumnya, ed.) Tasu’a (9 Muharram). Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada yang kesembilan’, maksudnya berpuasa pula pada hari Tasu’a.
        Penjelasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa pada hari sebelum maupun setelah ‘Asyura [1] dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi karena hari ‘Asyura –yaitu 10 Muharram- adalah hari di mana Allah selamatkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan para pengikutnya. Dahulu orang-orang Yahudi berpuasa pada hari tersebut sebagai syukur mereka kepada Allah atas nikmat yang agung tersebut. Allah telah memenangkan tentara-tentaranya dan mengalahkan tentara-tentara syaithan, menyelamatkan Musa dan kaumnya serta membinasakan Fir’aun dan para pengikutnya. Ini merupakan nikmat yang besar.
          Oleh karena itu, setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di Madinah, beliau melihat bahwa orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura [2]. Beliau pun bertanya kepada mereka tentang hal tersebut. Maka orang-orang Yahudi tersebut menjawab, “Hari ini adalah hari di mana Allah telah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta celakanya Fir’aun serta pengikutnya. Maka dari itu kami berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”.
Kenapa Rasulullah mengucapkan hal tersebut? Karena Nabi dan orang–orang yang bersama beliau adalah orang-orang yang lebih berhak terhadap para nabi yang terdahulu. Allah berfirman,
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya orang yang paling berhak dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman, dan Allah-lah pelindung semua orang-orang yang beriman”. (Ali Imran: 68)
             Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling berhak terhadap Nabi Musa daripada orang-orang Yahudi tersebut, dikarenakan mereka kafir terhadap Nabi Musa, Nabi Isa dan Muhammad. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia untuk berpuasa pula pada hari tersebut. Beliau juga memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi yang hanya berpuasa pada hari ‘Asyura, dengan berpuasa pada hari kesembilan atau hari kesebelas beriringan dengan puasa pada hari kesepuluh (’Asyura), atau ketiga-tiganya. [3]
Oleh karena itu sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim dan yang selain beliau menyebutkan bahwa puasa ‘Asyura terbagi menjadi tiga keadaan:
1. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan Tasu’ah (9 Muharram), ini yang paling afdhal.
2. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan tanggal 11 Muharram, ini kurang pahalanya daripada yang pertama. [4]
3. Berpuasa pada hari ‘Asyura saja, sebagian ulama memakruhkannya karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi, namun sebagian ulama yang lain memberi keringanan (tidak menganggapnya makhruh). [5]
Wallahu a’lam bish shawab.
(Sumber: Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Salam – Mesir, diterjemahkan Abu Umar Urwah Al-Bankawy, muraja’ah dan catatan kaki: Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Rifai)
CATATAN KAKI:
[1] Adapun hadits yang menyebutkan perintah untuk berpuasa setelahnya (11 Asyura’) adalah dha’if (lemah). Hadits tersebut berbunyi:
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما و بعده يوما . -
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya. (HR. Ahmad dan Al Baihaqy. Didhaifkan oleh As Syaikh Al-Albany di Dha’iful Jami’ hadits no. 3506)
             Dan berkata As Syaikh Al Albany – Rahimahullah- di Silsilah Ad Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Penyebutan sehari setelahnya (hari ke sebelas. pent) adalah mungkar, menyelisihi hadits Ibnu Abbas yang shahih dengan lafadz:
“لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع” .
“Jika aku hidup sampai tahun depan tentu aku akan puasa hari kesembilan”
Lihat juga kitab Zaadul Ma’ad 2/66 cet. Muassasah Ar-Risalah Th. 1423 H. dengan tahqiq Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arna’uth.
لئن بقيت لآمرن بصيام يوم قبله أو يوم بعده . يوم عاشوراء) .-
“Kalau aku masih hidup niscaya aku perintahkan puasa sehari sebelumnya (hari Asyura) atau sehari sesudahnya” ((HR. Al Baihaqy, Berkata Al Albany di As-Silsilah Ad-Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Ini adalah hadits mungkar dengan lafadz lengkap tersebut.))
[2] Padanya terdapat dalil yang menunjukkan bahwa penetapan waktu pada umat terdahulu pun menggunakan bulan-bulan qamariyyah (Muharram s/d Dzulhijjah, Pent.) bukan dengan bulan-bulan ala Eropa (Jan s/d Des). Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa hari ke sepuluh dari Muharram adalah hari di mana Allah membinasakan Fir’aun dan pengikutnya dan menyelamatkan Musa dan pengikutnya. (Syarhul Mumthi’ VI.)
[3] Untuk puasa di hari kesebelas haditsnya adalah dha’if (lihat no. 1) maka – Wallaahu a’lam – cukup puasa hari ke 9 bersama hari ke 10 (ini yang afdhal) atau ke 10 saja.
Asy-Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly mengatakan bahwa, “Sebagian ahlu ilmu berpendapat bahwa menyelisihi orang Yahudi terjadi dengan puasa sebelumnya atau sesudahnya. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam,
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما أو بعده يوما .
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya”.

Ini adalah pendapat yang lemah, karena bersandar dengan hadits yang lemah tersebut yang pada sanadnya terdapat Ibnu Abi Laila dan ia adalah jelek hafalannya.” (Bahjatun Nadhirin Syarah Riyadhus Shalihin II/385. cet. IV. Th. 1423 H Dar Ibnu Jauzi)
[4] (lihat no. 3)
[5] Asy-Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan,
والراجح أنه لا يكره إفراد عاشوراء.
Dan yang rajih adalah bahwa tidak dimakruhkan berpuasa ‘Asyura saja. (Syarhul Mumthi’ VI)
Wallaahu a’lam.


sumber http://alfiykindthovsand.blogspot.com/2013/11/keutamaan-dan-kemuliaan-bulan-muharram.html
          ULAN Muharram atau yang lebih dikenal masyarakat Jawa dengan nama bulan Syuro adalah bulan pertama dalam kalender hijriyah. Tahun ini bulan Muharram jatuh pada tanggal 05 November 2013. Bulan Muharram memiliki keagungan yang sangat tinggi dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, bukanlah bulan yang mendatangkan bala (bencana) atau bulan sial, sebagaimana dipahami masyarakat awam.
Bulan ini adalah bulan di mana Allah muliakan dan Rasulullah serta para sahabatnya mengagungkannya. Sepatutnya juga kita mengagungkan bulan ini dengan meningkatkan  ibadah dan amal shalih, baik secara kuantitas dan kualitas.
Di dalam syariat Islam telah dijelaskan kemuliaan/keagungan bulan Muharram. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. AT Taubah: 36)
Empat bulan suci tersebut adalah bulan Dzulqo'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Sebagaiman sabda Rasulullah yang artinya :
السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
"Satu tahun itu ada 12 bulan. Di antaranya ada 4 bulan haram, yaitu 3 bulan berturut-turut, Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram serta Rajab yang berada di antara bulan jumada dan sya'ban." (HR. Bukhari no 2958).
         Al Qodhi Abu Ya'la rahimahullah mengatakan, "Di namakan bulan haram Karena ada 2 alasan. Pertama,  karena diharamkan pembunuhan pada bulan tersebut sebagaiman hal ini juga diyakini orang jahiliyyah. Kedua, karena pelanggaran untuk melakukan berbagai perbuatan haram pada bulan tersebut lebih keras dari pada bulan-bulan lainnya. (lihat Zadul Maysir, Ibnu Jauziy).
Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma menjelaskan tentang firman Allah surah at-taubah ayat 36 di atas, "Allah menghusukan 4 bulan yang haram dan menegaskan keharamnnya. Allah juga menjadikan dosa pada bulan tersebut lebih besar. demikian pula pahala amal saleh pada bulan tersebut juga menjadi lebih besar.
Sangat disayangkan sebagian kaum muslimin masih percaya dengan berbagi mitos tentang bulan suro. misalnya, masih banyak yang takut mengadakan acara pernikahan di bulan suro dengan alasan bisa mendatangkan sial, seperti perceraian, dililit utang, atau yang lain. ada yang takut bepergian jauh di bulan suro dengan alasan bisa mendatangkan sial, seperti kecelakan, kematian, kerugian, atau yang lain. mereka menunda aktivitasnya ke bulan yang lainnya.
Semua ahli tafsir sepakat bahwa empat bulan yang tersebut dalam ayat di atas adalah Zulqa’dah, Zul-Hijjah,  Muharram dan Rajab.
            Ketika haji wada’ Rasulallah bersabda : Dari Abi Bakrah RA bahwa Nabi bersabda: “Setahun ada dua belas bulan, empat darinya adalah bulan suci. Tiga darinya berturut-turut; Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharram dan Rajab”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).
Dalam hadist di atas Nabi SAW hanya menyebut nama empat bulan, dan ini bukan berarti selain dari nama bulan yang disebut di atas tidak suci, karena bulan Ramadhan tidak disebutkan dalam hadist diatas. Dan kita semua tahu bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kesucian, ada Lailatul Qadar (malam kemuliaan), juga dinamakan dengan bulan rahmat, maghfirah dan pembebasan dari api neraka.
Ibnu Rajab al-Hambali ( 736 – 795 H ) mengatakan, Muharram disebut dengan syahrullah (bulan Allah) karena memiliki dua hikmah. Pertama, untuk menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan Muharram. Kedua, untuk menunjukkan otoritas Allah SWT dalam mensucikankan dan memuliakan bulan Muharram.*/bersambung Karakteristik bulan Muharram
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus Jawa Tengah
Rep:
Cholis Akbar
Editor: Cholis Akbar 
By http://www.hidayatullah.com/read/2013/10/28/7033/keutamaan-dan-kemuliaan-bulan-muharram-1.html

Sabtu, 27 Juli 2013


Struktur korona

                Lapisan atmosfer matahari ini tampak waktu terjadinya gerhana matahari total. Kenempakannya yang sangat mengagumkan hanya dpat dinikamati beberapa menit pada saat totalitas, sehingga banyak orang meluapkan emosinya dalam berbagai macam budaya. Struktur yang dinamis dengan garis-garis lengkung yang berbeda untuk setiap gerhana mencapai ketinggian beberapa kali radius matahari. Sesuai dengan hokum –hukum fisika, pada awalnya orang menduga bahwa temperatur dalam  korona kurang lebih sama dengan fotosfer. Tetapi dari pengamatan gerhana matahari total pada tahun 1930 diperoleh garis-garis dalam spectrum dari   “baru” yang belum dikenal pada saa itu yang disebut coronium.
                Misteri unsur coronium ini akhirnya terpecahkan pada tahun 1939 oleh Walter Grotrian, seorang warga  Negara berlin, yang menunjukkan garis –garis spekturum coronium tidak lain berasal dari unsur besi yang telah kehilangan sembila atau sepuluh elektronnya. Dengan tingkat ionisasi yang tinggi, temperatur korona mencapai jutaan Kelvin. Penemuan Grotrian tidak lepas dari hasil pengamatan Bengt Edlen pada nova RR Pictoris yang menunjukkan garis spectrum besi dengan enam electron yang hilang. Bengt Edlen sendiri pada tahun 1942 menemukan garis-garis dari unsur lainnya pada lapisan korona, diantaranya kalsium dengan 11 dan 12 elektronnya telah hilang. Dengan temperatur berorde jutaan Kelvin, lapisan korona dapat memancarkan radiasi sinar-X dan ultra ungu jauh (extreme ultra violet).
                Struktur magnetik jelas terlihat saat gerhana matahari total terjadi. Lengkungan yang membentuk busur, yang mencerminkan garis-garis medan magnetik antara dua kutub berbeda, dengan mudah terlihat. Demikian pula dalam kenampakan sinar-X ataupun ultra-ungu tampak jelas struktur magnetiknya. Struktur lapisan korona merupakan perpanjangan dari lapisan atmosfer dibawahnya, yaitu kromosfer dan fotosfer yang prnuh dengan aktivitas medan magnetik. Secara keseluruhan, kira-kira 10% pancaran radiasi matahari keluar menuju ruang antar planet, sedangkan 90% lainnya  tetap tersimpan dalam busur-busur magnetik.
                Dalam kenampakan sinar-X daerah terang dengan temperatur tinggi umumnya berasosiasi dengan busur-busur magnetik. Selain itu juga terlihat ada daerah yang gelap. Daerah gelap ini disebut lubang korona (corona hole). Topologi medan magnetik lubang korona adalah garis-garis magnetik terbuka atau tidak  membentuk busur-busur medan magnetik. Topolgi terbuka lainnya terliha tdari kenampkan “polar plumes”. Akibatnya partikel bermuatan seperti ion dan electron keluar dengan kecepatan tinggi sekitar 600 km/s menuju ruang antar planet, bahkan dapat mencapai bumi. Aliran partikel bermuatan ini dikenal dengan angin matahari.
                Misteri yang belum terungkapkan sampai sekarang adalah problem pemanasan korona. Mengapa lapisan korona dapat mempunyai temperatur lebih dari satu juta Kelvin, sedangkan lapisan dibawahnya, yaitu fotosfer 60000 K. dilihat dari struktur korona dengan pola-pola medan magnetik dominan, pemanasan korona terjadi akibat proses pelepasan energi (disipasi). Scenario lain adalah bersumber dari ledakan matahri skala kecil (nano flare) yang sering terjadi dilapisan kromosfe. Energi yang dilepaskan sanggup menyebabkan pemanasan korona.

Pengertian dan beberapa contoh perilaku menyimpang

Pada  umumnya  orang-orang  dalam  masyarakat  cenderung  konformis  (menyesuaikan cara hidupnya:  cara  berfikir,  berperasaan  dan  bertindak)  dengan  yang  berlaku  di  lingkungan kelompoknya. Misalnya: anak laki-laki bermain dengan “mainan laki-laki”, anak perempuan bermain  dengan  “mainan  perempuan”,  apabila  diberi  kesempatan  saling  berinteraksi  maka cenderung memiliki opini atau pendapat yang sama, dan seterusnya. Mengapa orang-orang cenderung konformis terhadap norma-norma sosial?
1.  Orang  yang  bersangkutan  telah  berhasil  disosialisasikan  sehingga  menginternalisasikan nilai dan norma yang berlaku di masyarakatnya
2.  Orang  yang  bersangkutan  tidak  dapat  menemukan  alternatif  lain  kecuali  mengikuti  pola yang sudah ada
3.  Apabila  tidak  konformis  dengan  norma  sosial  akan  direaksi  dengan  pemberian  sanksi oleh  masyarakat,  dan  apabila  konformis  akan  mendapatkan  positive-incentive  (ganjaran) dari masyarakat

Meskipun  demikian  di  masyarakat  ada  sedikit  orang  yang  perilakunya  “melanggar”  norma atau “menyimpang”.  Secara  sosiologis  istilah  “menyimpang”  atau  “deviance”  lebih  tepat  dari  pada  “melanggar” atau  “violate”.  Sebabnya  ialah,  perilaku  yang  dikatakan  menyimpang  di  samping  meliputi perilaku  yang  melanggar  norma  dan  merusak  atau  mengacaukan  kaidah  yang  ada,  acapkali terdapat pula perilaku  yang tidak terbukti  nyata kalau  merusak atau  mengacau tatanan  yang ada,  melainkan  hanya  terasa  lucu,  aneh,  nyentrik,  dan  malah  dapat  memperkaya  alternatif perilaku. 
Invensi-invensi  kreatif  dalam  berperilaku  yang  masih  dalam  taraf  individual  peculiarities (keanehan  pribadi),  belum  memasyarakat,  belum  terbakukan  dan  karenanya  masih dinyatakan “melawan arus” pun dapat masuk sebagai perilaku menyimpang.  Banyak perilaku-perilaku kreatif seperti bersifat sangat rasional akan dipandang menyimpang hanya  karena  belum  lazim  dan  berbeda  dengan  kaidah  sosial  yang  berlaku  yang sesungguhnya tidak rasional.
Beberapa batasan tentang perilaku menyimpang:
1.  Perilaku  menyimpang  adalah  perilaku  yang  oleh  sejumlah  orang  dianggap  sebagai  hal yang tercela dan diluar batas toleransi (van der Zanden, 1979)
2.  Perilaku  menyimpang  adalah  perilaku  yang  dinyatakan  sebagai  suatu  pelanggaran terhadap norma kelompok/masyarakat (Horton dan Hunt, 1993)
3.  Perbuatan disebut  menyimpang apabila perbuatan  itu dinyatakan  menyimpang, sehingga penyimpangan  bukanlah  kualitas  dari  suatu  tindakan  melainkan  konsekuensi  atau  akibat dari  adanya  peraturan  dan  diterapkannya  sanksi-sanksi  oleh  masyarakat  (Becker,  dalam Horton dan Hunt, 1993)

Dari tiga  batasan di atas tampak  bahwa penyimpangan  bukanlah  sesuatu  yang  melekat pada suatu  tindakan,  tetapi  diberi  ciri  menyimpang  melalui  definisi  sosial.  Definisi  sosial  dapat diberikan oleh golongan/kelas berkuasa atau oleh masyarakat pada umumnya. Maka, “wanita berambut  pendek”  atau  “laki-laki  berambut  panjang”  apakah  merupakan  suatu penyimpangan?
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!